Cerita Dewasa : Sungguh Nikmat Kakak dan Adik Kuentot Bareng - Selesai sekolah Sabtu itu langsung dilanjutkan rapat pengurus OSIS . Rapat itu dilkan sebagai persiapan sekaligus pembentukan panitia kecil pemilihan OSIS yang baru . Seperti tahun-tahun sebelumnya, pemilihan dimaksudkan sebagai regenerasi dan anak-anak kelas 3 sudah tidak boleh lagi dipilih jadi pengurus, kecuali beberapa orang pengurus inti yang bakalan “naik pangkat” jadi penasihat .
Usai rapat, bergegas mau langsung pulang, soalnya sorenya ada acara rutin bulanan: pulang ke rumah ortu di kampung . Belum sempat keluar dari pintu ruangan rapat, suara nyaring cewek memanggilku .
“Didik . . “ menoleh, ternyata Sarah yang langsung melambai supaya mendekat . “Dik, jangan pulang dulu . Ada sesuatu yang pengin omongin sama kamu,” kata Sarah setelah mendekat .
“Tapi Rah, sore ini mau ke kampung . Bisa nggak dapet bis kalau kesorean,” jawabku .
“Cuman sebentar kok Dik . Kamu tunggu dulu ya, mberesin ini dulu,” Sarah agak memaks sambil membenahi catatan-catatan rapat . Akhirnya duduk kembali .
“Dik, kamu pacaran sama Nita ya?” tanya Sarah setelah ruangan sepi, tinggal kami berdua . baru mengerti, Sarah sengaja melama-lamakan membenahi catatan rapat supaya ada kesempatan ngomong berdua denganku .
“Emangnya, ada apa sih?” balik bertanya .
“Enggak ada apa-apa sih . . “ Sarah berhenti sejenak . “Emmm, pengin nanya aja .”
“Enggak kok, nggak pacaran sama Nita,” jawabku datar .
“Ah, masa . Temen-temen banyak yang tahu kok, kalau kamu suka jalan bareng sama Nita, sering ke rumah Nita,” kata Sarah lagi .
“Jalan bareng kan nggak lantas berarti pacaran tho,” bantahku .
“Paling juga pakai alasan kuno ‘Cuma temenan’,” Sarah berkata sambil mencibir, sehingga wajahnya kelihatan lucu, yang membuatku ketawa . “Cowok di mana-mana sama aja, banyak bo’ongnya .”
“Ya terserah kamu sih kalau kamu nganggep bohong . Yang jelas, sudah bilang bahwa nggak pacaran sama Nita .”
Sama sekali tidak bohong pada Sarah, karena sama Nita memang sudah punya komitmen untuk ‘tidak ada komitmen’ . Maksudnya, hubunganku dengan Nita hanya sekedar untuk kesenangan dan kepuasan, tanpa janji atau ikatan di kemudian hari . Hal itu yang kujelaskan seperlunya pada Sarah, tentunya tanpa menyinggung soal ‘seks’ yang jadi menu utama hubunganku dengan Nita .
“Nanti malem, mau nggak kamu ke rumahku?” tanya Nita sambil melangkah keluar ruangan bersam .
“Kan udah kubilang tadi, mau pulang ke rumah ortu nanti,” jawabku .
“Ke rumah ortu apa ke rumah Nita?” tanya Sarah dengan nada menyelidik dan menggoda .
“Kamu mau percaya atau tidak sih, terserah . Emangnya kenapa sih, kok nyinggung-nyinggung Nita terus?” gantian bertanya .
“Enggak kok, nggak kenapa-kenapa,” elak Sarah . Akhirnya kami jalan bersama sambil ngobrol soal-soal ringan yang lain . dan Sarahpun berpisah di gerbang sekolah . Nita sudah ditunggu sopirnya, sedang langsung menuju halte . Sebelum berpisah, sempat berjanji untuk main ke rumah Nita lain waktu .
Diam-diam merasa geli . Masak malam minggu itu jalan-jalan sama Sarah harus ditemani kakaknya, dan diantar sopir lagi . Jangankan untuk ML, sekedar menciumpun rasanya hampir mustahil . Sebenarnya agak ogah-ogahan jalan-jalan model begitu, tapi rasanya tidak mungkin juga untuk membatalkan begitu saja . Rupanya aturan orang tua Sarah yang ketat itu, bakalan membuat hubunganku dengan Sarah jadi sekedar roman-romanan saja . Praktis acara pada saat itu hanya jalan-jalan ke Mall dan makan di ‘food court’ .
Di tengah rasa bete itu coba menghibur diri dengan mencuri-curi pandang pada Mbak Indah, baik pada saat makan ataupun jalan . Mbak Indah, adalah kakak sulung Sarah yang kuliah di salah satu perguruan tinggi terkenal di kota ‘Y’ . Dia pulang setiap 2 minggu atau sebulan sekali . Sama sepertiku, hanya beda level . Kalau Mbak Indah kuliah di ibukota propinsi dan mudik ke kotamadya, sedang sekolah di kotamadya mudiknya ke kota kecamatan .
Wajah Mbak Indah sendiri hanya masuk kategori lumayan . Agak jauh dibandingkan Sarah . Kuperhatikan wajah Mbak Indah mirip ayahnya sedang Sarah mirip ibunya . Hanya Mbak Indah ini lumayan tinggi, tidak seperti Sarah yang pendek, meski sama-sama agak gemuk .
Kuperhatikan daya tarik seksual Mbak Indah ada pada toketnya . Lumayan gede dan kelihatan menantang kalau dilihat dari samping, sehingga rasa-rasanya ingin tanganku menyusup ke balik T-Shirtnya yang longgar itu . jadi ingat Nita . Ah, seandainya tidak tidak ke rumah Sarah, pasti sudah melayang bareng Nita .
Saat Sarah ke toilet, Mbak Indah mendekatiku .
“Heh, awas kamu jangan macem-macem sama Sarah!” katanya tiba-tiba sambil memandang tajam pad .
“Maksud Mbak, apa?” bertanya tidak mengerti .
“Sarah itu anak lugu, tapi kamu jangan sekali-kali manfaatin keluguan dia!” katanya lagi .
“Ini ada apa sih Mbak?” makin bingung .
“Alah, pura-pura . Dari wajahmu itu kelihatan kalau kamu dari tadi bete,” hanya diam sambil merasa heran karena apa yang dikatakan Mbak Indah itu betul .
“Kamu bete, karena malem ini kamu nggak bisa ngapa-ngapain sama Sarah, ya kan?” hanya tersenyum, Mbak Indah yang tadinya tutur katanya halus dan ramah berubah seperti itu .
“Eh, malah senyam-senyum,” hardiknya sambil melotot .
“Memang nggak boleh senyum . Abisnya Mbak Indah ini lucu,” kat .
“Lucu kepalamu,” Mbak Indah sewot .
“Ya luculah . Kukira Mbak Indah ini lembut kayak Sarah, ternyata galak juga!” tersenyum menggodanya .
“Ih, senyam-senyum mlulu . Senyummu itu senyum mesum tahu, kayak matamu itu juga mata mesum!” Mbak Indah makin naik, wajahnya sedikit memerah .
“Mbak cakep deh kalau marah-marah,” makin Mbak Indah marah, makin menjadi pula menggodanya.
“Denger ya, nggak lagi bercanda . Kalau kamu berani macem-macem sama adikku, bisa bunuh kamu!” kali ini Mbak Indah nampak benar-benar marah .
Akhirnya kusudahi juga menggodanya melihat Mbak Indah seperti itu, apalagi pengunjung mall yang lain kadang-kadang menoleh pada kami . Kuceritakan sedikit tentang hubunganku dengan Sarah selama ini, sampai pada acara ‘apel’ pada saat itu .
“Kalau soal pengin ngapa-ngapain, yah, itu sih awalnya memang ada . Tapi, sekarang udah lenyap . Sarah sepertinya bukan cewek yang tepat untuk diajak ngapa-ngapain, dia mah penginnya roman-romanan aja,” kat mengakhiri penjelasanku .
“Kamu ini ngomongnya terlalu terus-terang ya?” Nada Mbak Indah sudah mulai normal kembali .
“Ya buat apa ngomong mbulet . Bagiku sih lebih baik begitu,” kat lagi .
“Tapi . . kenapa tadi sama kamu beraninya lirak-lirik aja . Nggak berani terus-terang mandang langsung?”
Berpikir sejenak mencerna maksud pertanyaan Mbak Indah itu . Akhirnya mengerti, rupanya Mbak Indah tahu kalau diam-diam sering memperhatikan dia .
“Yah . . masak jalan sama adiknya, Mbak-nya mau diembat juga,” kat sambil garuk-garuk kepala .
Setelah itu Sarah muncul dan dilanjutkan acara belanja di dept . store di mall itu . Selama menemani kakak beradik itu, mulai sering mendekati Mbak Indah jika kulihat Sarah sibuk memilih-milih pakaian . mulai lancar menggoda Mbak Indah .
Hampir jam 10 malam kami baru keluar dari mall . Lumayan pegal-pegal kaki ini menemani dua cewek jalan-jalan dan belanja . Sebelum keluar dari mall Mbak Indah sempat memberiku sobekan kertas, tentu saja tanpa sepengetahuan Sarah .
“Baca di rumah,” bisiknya .
Lega melihat Mbak Indah datang ke counter bus PATAS AC seperti yang diberitahukannya lewat sobekan kertas . Kulirik arloji menunjukkan jam setengah 9, berarti Mbak Indah terlambat setengah jam .
“Sori terlambat . Mesti ngrayu Papa-Mama dulu, sebelum dikasih balik pagi-pagi,” Mbak Indah langsung ngerocos sambil meletakkan hand-bag-nya di kursi di sampingku yang kebetulan kosong . Sementara tak berkedip memandanginya . Mbak Indah nampak sangat feminin dalam kulot hitam, blouse warna krem, dan kaos yang juga berwarna hitam . Tahu pandangi, Mbak Indah memencet hidungku sambil ngomel-ngomel kecil, dan kami pun tertawa . Hanya sekitar sepuluh menit kami menunggu, sebelum bus berangkat .
Dalam perjalanan di bus, tak tahan melihat Mbak Indah yang merem sambil bersandar . Tanganku pun mulai mengelu-elus tangannya . Mbak Indah membuka mata, kemudian bangun dari sandarannya dan mendekatkan kepalanya pad .
“Gimana, Mbaknya mau di-embat juga?” ledeknya sambil berbisik .
“Kan lain jurusan,” membela diri . “Adik-nya jurusan roman-romanan, Mbak-nya jurusan … “ tidak melanjutkan kata-kat, tangan Mbak Indah sudah lebih dulu memencet hidungku . Selebihnya kami lebih banyak diam sambil tiduran selama perjalanan .
Yang disebut kamar kos oleh Mbak Indah ternyata sebuah faviliun . Faviliun yang ditinggali Mbak Indah kecil tapi nampak lux, didukung lingkungannya yang juga perumahan mewah .
“Kok bengong, ayo masuk,” Mbak Indah mencubit lenganku . “Peraturan di sini cuman satu, dilarang mengganggu tetangga . Jadi, cuek adalah cara paling baik .”
Langsung merebahkan tubuhku di karpet ruang depan, sementara setelah meletakkan hand-bag-nya di dekat kakiku, Mbak Indah langsung menuju kulkas yang sepertinya terus on .
“Nih, minum dulu, habis itu mandi,” kata Mbak Indah sambil menuangkan air dingin ke dalam gelas .
“Kan tadi udah mandi Mbak,” kat .
“Ih, jorok . Males deket-deket orang jorok,” Mbak Indah tampak cemberut . “Kalau gitu, duluan mandi,” katanya sambil menyambar hand-bag dan menuju kamar . lihat Mbak Indah tidak masuk kamar, tapi hanya membuka pintu dan memasukkan hand-bag-nya . Setelah itu dia berjalan ke belakang ke arah kamar mandi .
“Mbak,” Mbak Indah berhenti dan menoleh mendengar panggilanku . “ mau mandi, tapi bareng ya?”
“Ih, maunya . . “ Mbak Indah menjawab sambil tersenyum . Melihat itu langsung bangkit dan berlari ke arah Mbak Indah . Langsung kupeluk dia dari belakang tepat di depan pintu kamar mandi . Kusibakkan rambutnya, kuciumi leher belakangnya, sambil tangan kiriku mengusap-usap pinggulnya yang masih terbungkus kulot . Terdengar desahan Mbak Indah, sebelum dia memutar badan menghadapku . Kedua tangannya dilingkarkan ke leherku .
“Katanya mau mandi?” setelah berkata itu, lagi-lagi hidungku jadi sasaran, dipencet dan ditariknya sehingga terasa agak panas . Setelah itu diangkatnya kaosku, dilepaskannya sehingga bertelanjang dada . Kemudian tangannya langsung membuka kancing dan retsluiting jeans-ku . Lumayan cekatan Mbak Indah melkannya, sepertinya sudah terbiasa . Seterusnya sendiri yang melkannya sampai sempurna telanjang bulat di depan Mbak Indah .
“Ih, nakal,” kata Mbak Indah sambil menyentil rudalku yang terayun-ayun akibat baru tegang separo .
“Sakit Mbak,” meringis .
“Biarin,” kata Mbak Indah yang diteruskan dengan melepas blouse-nya kemudian kaos hitamnya, sehingga bagian atasnya tinggal BH warna hitam yang masih dipakainya . tak berkedip memandangi sepasang toket Mbak Indah yang masih tertutup BH, dan Mbak Indah tidak melanjutkan melepas pakainnya semua sambil tersenyum menggoda pad .
Birahi benar-benar sudah tak bisa kutahan . Langsung kuraih dan naikkan BH-nya, sehingga sepasang toket-nya yang besar itu terlepas .
“Ih, pelan-pelan . Kalau BH-ku rusak, emangnya kamu mau ganti,” lagi-lagi hidungku jadi sasaran . Tapi sudah tidak peduli . Sambil memeluknya mulutku langsung mengulum tokenya yang sebelah kanan .
Mbak Indah tidak berhenti mendesah sambil tangannya mengusap-usap rambutku . makin bersemangat saja, mulutku makin rajin menggarap toketnya sebelah kanan dan kiri bergantian . Kukulum, kumainkan dengan lidah dan kadang kugigit kecil . Akibat seranganku yang makin intens itu Mbak Indah mulai menjerit-jerit kecil di sela-sela desahannya .
Beberapa menit kulkan aksi yang sangat dinikmati Mbak Indah itu, sebelum akhirnya dia mendorong kepal agar terlepas dari toketnya . Mbak Indah kemudian melepas BH, kulot dan CD-nya yang juga berwarna hitam . Sementara bibirnya nampak setengah terbuka sambil mendesi lirih dan matanya sudah mulai sayu, pertanda sudah horny berat .
Belum sempat mat menikmati tubuhnya yang sudah telanjang bulat, tangan kananya sudah menggenggam rudalku . Kemudian Mbak Indah berjalan mundur masuk kamar mandi sementara rudalku ditariknya . meringis menahan rasa sakit, sekaligus pengin tertawa melihat kelan Mbak Indah itu .
Mbak Indah langsung menutup pintu kamar mandi setelah kami sampai di dalam, yang diteruskan dengan menghidupkan shower . Diteruskannya dengan menarik dan memelukku tepat di bawah siraman air dari shower . Dan …
“mmmmhhhh … . “ bibirnya sudah menyerbu bibirku dan melumatnya . Kuimbangi dengan aksi serupa . Seterusnya, siraman air shower mengguyur kepala, bibir bertemu bibir, lidah saling mengait, tubuh bagian depan menempel ketat dan sesekali saling menggesek, kedua tangan mengusap-usap bagian belakang tubuh pasangan, “Aaaaaahhh,” nikmat luar biasa .
Tak ingat berapa lama kami melkan aksi seperti itu, kami melanjutkannya dalam posisi duduk, tak ingat persis siapa yang mulai . duduk bersandar pada dinding kamar mandi, kali ku luruskan, sementar Mbak Indah duduk di atas pah, lututnya menyentuh lantai kamar mandi . Kemudian kurasakan Mbak Indah melepaskan bibirnya dari bibirku, pelahan menyusur ke bawah . Berhenti di leherku, lidahnya beraksi menjilati leherku, berpindah-pindah . Setelah itu, dilanjutkan ke bawah lagi, berhenti di dad . Sebelah kanan-kiri, tengah jadi sasaran lidah dan bibirnya . Kemudian turun lagi ke bawah, ke perut, berhenti di pusar . Tangannya menggenggam rudalku, didorong sedikit ke samping dengan lembut, sementara lidahnya terus mempermainkan pusarku . Puas di situ, turun lagi, dan bijiku sekarang yang jadi sasaran . Sementara lidahnya beraksi di sana, tangan kanannya mengusap-usap kepala rudalku dengan lembut . sampai berkelojotan sambil mengerang-erang menikmati aksi Mbak Indah yang seperti itu .
Pelahan-lahan bibirnya merayap naik menyusuri batang rudalku, dan berhenti di bagian kepala, sementara tangannya ganti menggenggam bagian batang . Kepala rudalku dikulumnya, dijilati, berpindah dan berputar-putar, sehingga tak satu bagianpun yang terlewat . Beberapa saat kemudian, kutekan kepala Mbak Indah ke bawah, sehingga bagian batanku pun masuk 2/3 ke mulutnya . Digerakkannya kepalanya naik turun pelahan-lahan, berkali-kali . Kadang-kadang aksinya berhenti sejenak di bagian kepala, dijilati lagi, kemudian diteruskan naik turun lagi . Pertahananku nyaris jebol, tapi belum mau terjadi saat itu . Kutahan kepalanya, kuangkat pelan, tapi Mbak Indah seperti melawan . Hal itu terjadi beberapa kali, sampai akhirnya berhasil mengangkat kepalanya dan melepas rudalku dari mulutnya .
Kuangkat kepala Mbak Indah, sementara matanya terpejam . Kudekatkan, dan kukulum lembut bibirnya . Pelan-pelan kurebahkan Mbak Indah yang masih memejamkan mata sambil mendesis itu ke lantai kamar mandi . Kutindih sambil mulutku melahap kedua toketnya, sementara tanganku meremasnya bergantian .
Erangannya, desahannya, jeritan-jeritan kecilnya bersahut-sahutan di tengah gemericik siraman air shower . Kuturunkan lagi mulutku, berhenti di gundukan yang ditumbuhi bulu lebat, namun tercukur dan tertata rapi . Beberapa kali kugigit pelan bulu-bulu itu, sehingga pemiliknya menggelinjang ke kanan kiri . Kemudian kupisahkan kedua pahanya yang putih,besar dan empuk itu . Kubuka lebar-lebar . Kudaratkan bibirku di bibir memeknya, kukecup pelan . Kujulurkan lidahku, kutusuk-tusukan pelan ke daging menonjol di antar belahan memek Mbak Indah . Pantat Mbak Indah mulai bergoyang-goyang pelahan, sementara tangannya menjambak atau lebih tepatnya meremas rambutku, karena jambakannya lembut dan tidak menyakitkan . Kumasukkan jari tengahku ku lubang memeknya, ku keluar masukkan dengan pelan . Desisan Mbak Indah makin panjang, dan sempat ku lirik matanya masih terpejam . Kupercepat gerakan jariku di dalam lubang memeknya, tapi tangannya langsung meraih tanganku yang sedang beraksi itu dan menahannya . Kupelankan lagi, dan Mbak melepas tangannya dari tanganku . Setiap kupercepat lagi, tangan Mbak Indah meraih tanganku lagi, sehingga akhirnya mengerti dia hanya mau jariku bergerak pelahan di dalam memeknya .
Beberapa menit kemudian, kurasakan Mbak Indah mengangkat kepal menjauhkan dari memeknya . Mbak Indah membuka mata dan memberi isyarat pad agar duduk bersandar di dinding kamar mandi . Seterusnya merayap ke atasku, mengangkang tepat di depanku . Tangannya meraih rudalku, diarahkan dan dimasukkan ke dalam lubang memeknya .
“Oooooooooooohh ,” Mbak Indah melenguh panjang dan matanya kembali terpejam saat rudalku masuk seluruhnya ke dalam memeknya . Mbak Indah mulai bergerak naik-turun pelahan sambil sesekali pinggulnya membuat gerakan memutar . tidak sabar menghadapi aksi Mbak Indah yang menurutku terlalu pelahan itu, mulai kusodok-sodokkan rudalku dari bawah dengan cukup cepat . Mbak Indah menghentikan gerakannya, tangannya menekan dad cukup kuat sambil kepala menggeleng, seperti melarangku melkan aksi sodok itu . Hal itu terjadi beberapa kali, yang sebenarnya membuatku agak kecewa, sampai akhirnya Mbak Indah membuka matanya, tangannya mengusap kedua mat seperti menyuruhkan memejamkan mata . menurut dan memejamkan mat .
Setelah beberapa saat memejamkan mata, mulai bisa memperhatikan dengan teling apa yang dari tadi tidak kuperhatikan, mulai bisa merasakan apa yang dari tadi tidak kurasakan . Desahan dan erangan Mbak Indah ternyata sangat teratur dan serasi dengan gerakan pantatnya,sehingga suara dari mulutnya, suara alat kelamin kami yang menyatu dan suara siraman air shower seperti sebuah harmoni yang begitu indah . Dalam keterpejaman mata itu, seperti melayang-layang dan sekelilingku terasa begitu indah, seperti nama wanita yang sedang menyatu denganku . Kenikmatan yang kurasakan pun terasa lain, bukan kenikmatan luar biasa yang menhentak-hentak, tapi kenikmatan yang sedikit-sedikit, seperti mengalir pelahan di seluruh syarafku, dan mengendap sampai ke ulu hatiku .
Beberapa menit kemudian gerakan Mbak Indah berhenti pas saat rudalku amblas seluruhnya . Ada sekitar 5 detik dia diam saja dalam posisi seperti itu . Kemudian kedua tangannya meraih kedua tanganku sambil melontarkan kepalanya ke belakang . Kubuka mat, kupegang kuat-kuat kedua telapak tangannya dan kutahan agar Mbak Indah tidak jatuh ke belakang . Setelah itu pantatnya membuat gerakan ke kanan-kiri dan terasa menekan-nekan rudal dan pantatku .
“Aaa . . aaaaaa … aaaaaaaaaaaaahhhhhhhhhhhhhh,” desahan dan jeritan kecil Mbak Indah itu disertai kepala dan tubuhnya yang bergerak ke depan . Mbak Indah menjatuhkan diri pad seperti menubruk, tangannya memeluk tubukku, sedang kepalanya bersandar di bahu kiriku . Ku balas memeluknya dan kubelai-belai Mbak Indah yang baru saja menikmati orgasmenya . Sebuah cara orgasme yang eksotik dan artistik .
Setelah puas meresapi kenikmatan yang baru diraihnya, Mbak Indah mengangkat kepala dan membuka matanya . Dia tersenyum yang diteruskan mencium bibirku dengan lembut . Belum sempat membalas ciumannya, Mbak Indah sudah bangkit dan bergeser ke samping . Segera kubimbing dia agar rebahan dan telentang di lantai kamar mandi . Mbak Indah mengikuti kemauanku sambil terus menatapku dengan senyum yang tidak pernah lepas dari bibirnya . Kemudian kuarahkan rudalku yang rasanya seperti empot-empotkan ke lubang memeknya, kumasukkan seluruhnya . Setelah amblas semuanya Mbak Indah memelekku sambil berbisik pelan .
“Jangan di dalam ya sayang, belum minum obat,” mengangguk pelan mengerti maksudnya . Setelah itu mulai kugoyang-goyang pantatku pelan-pelan sambil kupejamkan mata . ingin merasakan kembali kenikmatan yang sedikit-sedikit tapi meresap sampai ke ulu hati seperti sebelumnya . Tapi gagal, meski beberapa lama mencoba . Akhirnya membuat gerakan seperti biasa, seperti yang biasa kulkan pada tante Ani atau Nita . Bergerak maju mundur dari pelan dan makin lama makin cepat .
“Aaaah… Hoooohh,” hampir pada puncak, dan Mbak Indah cukup cekatan . Didorongnya tubuhku sehingga rudalku terlepas dari memeknya . Rupanya dia tahu tidak mampu mengontrol diriku dan lupa pada pesannya . Seterusnya tangannya meraih rudalku sambil setengah bangun . Dikocok-kocoknya dengan gengaman yang cukup kuat, seterusnya bergeser ke depan sehingga rudalku tepat berada di atas perut Mbak Indah .
“Aaaaaaaah … aaaaaaahhh … crottt… crotttt . .,” beberapa kali sperm muncrat membasahi dada dan perut Mbak Indah . merebahku tubuhku yang terasa lemas di samping Mbak Indah, sambil memandanginya yang asyik mengusap meratakan sperm di tubuhnya .
“Hampir lupa ya?” lagi-lagi hidungku jadi sasarannya waktu Mbak Indah mengucapkan kata-kata itu .
Selama di bus dalam perjalanan pulang memejamkan mata sambil mengingat-ingat pengalaman yang baru saja ku dapat dari Mbak Indah . Saat di kamar mandi, dan saat mengulangi sekali lagi di kamarnya . Seorang wanita dengan gaya bersetubuh yang begitu lembut dan penuh perasaan .
“Kalau sekedar mengejar kepuasan nafsu, itu gampang . Tapi mau lebih . mau kepuasan nafsuku selaras dengan kepuasan yang terasa di jiw .”
Kepuasan yang terasa di jiwa, itulah hal yang kudapat dari Mbak Indah dan hanya dari Mbak Indah, karena kelak setelah gonta-ganti pasangan, tetap saja belum pernah kudapatkan kenikmatan seperti yang kudapatkan dari Mbak Indah . Kepuasan dan kenikmatan yang masih terasa dalam jangka waktu yang cukup lama meskipun persetubuhan berakhir .
“Ingat ya, jangan pernah sekali-kali kamu lkan sama Sarah . Kalau sampai kamu lkan, tidak akan pernah memaafkan kamu!” terbangun, rupanya dalam tidurku bermimpi Mbak Indah memperingatkanku tentang Sarah, adiknya . Dan bus pun sudah mulai masuk terminal .
Demikian tadi Cerita Dewasa : Sungguh Nikmat Kakak dan Adik Kuentot Bareng, semoga anda terhibur. Baca Cerita Dewasa lainnya, klik disini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar