30 September 2013

Ditemukan 'Harta Karun` Rp 313 T di Bandara Moskow, Milik Saddam Hussein

'Harta Karun`


Kekuasaan Saddam Hussein telah runtuh. Diktator Irak itu pun tewas di tiang gantungan pada 30 Desember 2006. Namun, kisahnya terus berlanjut. Kali ini tentang 'harta karun' miliknya.

Kargo berisi uang tunai sebesar 20 miliar euro atau Rp 313 triliun teronggok begitu saja di bandara Moskow selama 6 tahun. Entah siapa pemiliknya, diduga itu adalah harta rahasia milik Saddam.

Simpanan berharga tersebut, yang berada dalam penjagaan ekstraketat di depo kargo terdiri dari 20 peti kayu, yang masing-masing berisi uang sebesar 100 juta euro.

Pihak bea dan cukai Rusia telah meminta pemilik peti-peti tersebut menampakkan diri dan mengambil barang miliknya. Sejumlah orang datang, termasuk sejumlah penipu, namun tak bisa meyakinkan pihak aparat bahwa merekalah pemilik sesungguhnya.

"Bisa jadi itu adalah uang Saddam Hussein," kata sumber intelijen kepada media Moskovsky Komsomolets, seperti dimuat Daily Mail.

Gunungan uang tunai, dalam lembaran 100 euro, diketahui diterbangkan dari Frankfurt ke Bandara Sheremetyevo pada 7 Agustus 2007.

Sumber-sumber di Rusia mengatakan, aparat gagal mendapat pemilik uang itu -- yang anehnya -- tiba di bandara tanpa mencantumkan nama penerima.

Diduga tiran Irak tersebut memindahkan uang sejumlah 7,5 miliar euro ke kantong diplomatik di Moskow sebelum ia terguling, dianggap jauh dari kekayaan yang berhasil dikumpulkan Saddam selama berkuasa.

Tapi, bagaimana bisa harta Saddam dikirim dari Jerman ke Rusia 4 tahun setelah ia digulingkan, 8 bulan setelah dieksekusi, masih belum jelas.


Sumber pihak keamanan menyebut ada teori lain terkait tumpukan uang tersebut. Yakni, bahwa Saddam bukan satu-satunya diktator yang memindahkan pundi-pundi hartanya dari negerinya yang bergolak. Termasuk, diktator Libya, Moammar Khadafi?

"Penjelasan lain, itu adalah uang mafia Rusia atau uang korupsi pejabat Rusia yang terlalu berbahaya bagi siapapun untuk mengklaimnya. Jumlahnya luar biasa besar, raksasa."

Pengirim paket duit kertas itu diduga sebagai Farzin Koroorian Motlagh (45). Namun, nama penerima tak dicantumkan.

Dari paspornya, Farzin Koroorian Motlagh adalah warga negara Iran. Namun, aparat Rusia dan badan keamanan lain ragu, dialah pemilik uang-uang tersebut. Ia juga belum muncul mengklaim uang yang jumlahnya luar biasa itu.

Laporan lain menyebut, uang tunai itu ditujukan kepada yayasan yang disebut The World of Kind People, yang bermarkas di Ukraina. Namun, tujuan akhir uang itu adalah Rusia.

Bos yayasan tersebut Alexander Shipilov (53), sudah muncul dan mengklaim uang tersebut. Namun gagal meyakinkan aparat untuk mendapatkan uang tersebut -- yang bakal membuatnya lebih kaya dari miliuner Rusia, Roman Abramovich, yang punya kekayaan 9 miliar euro.

Organisasi amalnya dilaporkan telah menawarkan imbalan dua miliar euro kepada para pengacara untuk memenangkan kasus ini. Namun, sejauh ini belum ada yang berminat.

Vadim Lyalin, ahli urusan bea cukai menyebut, "Pengirim tak mencantumkan nama penerima. Ini agak aneh. Menunjukkan ada yang salah dengan uang itu."

"Si 'Mr X' gagal mengklaim kargo. Setelah bermacam cara, mereka lalu menggunakan kedok yayasan," kata dia. "Ini praktik pencucian uang."




Sejauh ini Pemerintah Rusia juga belum berniat menyitanya. "Tak ada alasan untuk melakukannya," kata Lyalin. "Pemilik uang itu tercantum dalam dokumen. Uang itu adalah asli dan dikirim dari bank di Jerman. Disebut-sebut, bank itu adalah Deutsche Bank Group, namun belum ada konfirmasi terkait hal itu.


Sebelumnya, pihak pengirim, Farzin Koroorian Motlagh alias Farzin Ali Karoryan Mutlaq pada 2010 dituduh menjadi 'dalang' percobaan pencurian uang sebesar US$ 14 juta dari Central Bank of Abu Dhabi menggunakan dokumen palsu, belum juga muncul.

Dia dilaporkan kabur dari Uni Emirat Arab ke Iran. Tidak jelas apakah ada hubungan antara Abu Dhabi dan kasus Moskow.

Salah satu sumber mengatakan, puluhan kelompok telah mencoba mengklaim uang tersebut, dengan mengatasnamakan Motlagh.

"Di antaranya kelompok kriminal, kelompok Chechnya, dan gangster Ukraina," kata dia.

Sumber keamanan lain menyatakan Motlagh hanya pion yang tak punya kontrol atas uang tersebut -- yang mungkin terkait diktator, pejabat korup, atau mafia besar. "Kita mungkin tak akan tahu siapa sebenarnya pemiliknya."






Tidak ada komentar:

Posting Komentar