31 Juli 2013

Cerita Dewasa : Ketagihan Legitnya Pepex Adik Tiri

Ketagihan Legitnya Pepex Adik Tiri


Cerita Dewasa : Ketagihan Legitnya Pepex Adik Tiri - Ceritaku ini dimulai, waktu aku SMA kelas 3, waktu itu aku baru sebulan tinggal sama ayah tiriku. Ibu menikah dengan orang ini karena karena tidak tahan hidup menjanda lama-lama. Yang aku tidak sangka-sangka ternyata ayah tiriku punya 2 anak cewek yang keren dan seksi habis, yang satu sekolahnya sama denganku, namanya Lusi dan yang satunya lagi sudah kuliah, namanya Riri. Si Lusi cocok sekali kalau dijadikan bintang iklan obat pembentuk tubuh, nah kalau si Riri paling cocok untuk iklan BH sama suplemen payudara. cewek maniak Sejak pertama aku tinggal, aku selalu berangan-angan bahwa dapat memiliki mereka, tapi angan-angan itu selalu buyar oleh berbagai hal. Dan siang ini kebetulan tidak ada orang di rumah selain aku dengan Lusi, ini juga aku sedang kecapaian karena baru pulang sekolah.

Lus! entar kalau ada perlu sama aku, aku ada di kamar, teriakku dari kamar. Aku mulai menyalakan komputerku dan karena aku sedang suntuk, aku mulai dech surfing ke situs-situs porno kesayanganku, tapi enggak lama kemudian Lusi masuk ke kamar sambil bawa buku, kelihatannya dia mau tanya pelajaran.

Ben, kemaren kamu udah nyatet Biologi belom, aku pinjem dong! katanya dengan suara manja. Tanpa memperdulikan komputerku yang sedang memutar film BF via internet, aku mengambilkan dia buku di rak bukuku yang jaraknya lumayan jauh dengan komputerku.

Lus..! nich bukunya, kemarenan aku udah nyatet, kataku. Lusi tidak memperhatikanku tapi malah memperhatikan film BF yang sedang di komputerku.
Lus.. kamu bengong aja! kataku pura-pura tidak tahu.
Eh.. iya, Ben kamu nyetel apa tuh! aku bilangin bonyok loh! kata Lusi.
Eeh.. kamu barusan kan juga liat, aku tau kamu suka juga kan, balas aku.
Mending kita nonton sama-sama, tenang aja aku tutup mulut kok, ajakku berusaha mencari peluang.
Bener nich, kamu kagak bilang? katanya ragu.
Suwer dech! kataku sambil mengambilkan dia kursi.

Lusi mulai serius menonton tiap adegan, sedangkan aku serius untuk terus menatap tubuhnya.
Lus, sebelum ini kamu pernah nonton bokep kagak? tanyaku.
Pernah, noh aku punya VCD-nya, jawabnya.
Wah gila juga nich cewek, diam-diam nakal juga.
Kalau ML? tanyaku lagi.
Belom, katanya, Tapi.. kalo sendiri sich sering.
Wah makin berani saja aku, yang ada dalam pikiranku sekarang cuma ML sama dia.

Bagaimana caranya si Beni Junior bisa puas, tidak peduli saudara tiri, yang penting nafsuku hilang. Melihat dadanya yang naik-turun karena terangsang, aku jadi semakin terangsang, dan batang kemaluanku pun makin tambah tegang.

Lus, kamu terangsang yach, ampe napsu gitu nontonnya, tanyaku memancing.
Iya nic Ben, bentar yach aku ke kamar mandi dulu, katanya.
Eh.. ngapain ke kamar mandi, nih liat! kataku menunjuk ke arah celanaku.
Kasihanilah si Beni kecil, kataku.
Pikiran kamu jangan yang tidak-tidak dech, katanya sambil meninggalkan kamarku.
Tenang aja, rumah kan lagi sepi, aku tutup mulut dech, kataku memancing.

Dan ternyata tidak ia gubris, bahkan terus berjalan ke kamar mandi sambil tangan kanannya meremas-remas buah dadanya dan tangan kirinya menggosok-gosok kemaluannya, dan hal inilah yang membuatku tidak menyerah. Kukejar terus dia, dan sesaat sebelum masuk kamar mandi, kutarik tangannya, kupegang kepalanya lalu kemudian langsung kucium bibirnya. Sesaat ia menolak tapi kemudian ia pasrah, bahkan menikmati setiap permainan lidahku.

Kau akan aku berikan pengalaman yang paling memuaskan, kataku, kemudian kembali melanjutkan menciumnya.
Tangannya membuka baju sekolah yang masih kami kenakan dan juga ia membuka BH-nya dan meletakkan tanganku di atas dadanya, kekenyalan dadanya sangat berbeda dengan gadis lain yang pernah kusentuh. Perlahan ia membuka roknya, celanaku dan celana dalamnya.

Kita ke dalam kamar yuk! ajaknya setelah kami berdua sama-sama bugil, Terserah kaulah, kataku, Yang penting kau akan kupuaskan.
Tak kusangka ia berani menarik penisku sambil berciuman, dan perlahan-lahan kami berjalan menuju kamarnya.
Ben, kamu tiduran dech, kita pake 69' mau tidak? katanya sambil mendorongku ke kasurnya.

Ia mulai menindihku, didekatkan vaginanya ke mukaku sementara penisku diemutnya, aku mulai mencium-cium vaginanya yang sudah basah itu, dan aroma kewanitaannya membuatku semakin bersemangat untuk langsung memainkan klitorisnya. Tak lama setelah kumasukkan lidahku, kutemukan klitorisnya lalu aku menghisap, menjilat dan kadang kumainkan dengan lidahku, sementara tanganku bermain di dadanya. Tak lama kemudian ia melepaskan emutannya.

Jangan hentikan Ben.. Ach.. percepat Ben, aku mau keluar nich! ach.. ach.. aachh.. Ben.. aku ke.. luar, katanya berbarengan dengan menyemprotnya cairan kental dari vaginanya. Dankemudian dia lemas dan tiduran di sebelahku.
Lus, sekali lagi yah, aku belum keluar nich, pintaku.
Bentar dulu yach, aku lagi capek nich, jelasnya. Aku tidak peduli kata-katanya, kemudian aku mulai mendekati vaginanya.
Lus, aku masukkin sekarang yach, kataku sambil memasukkan penisku perlahan-lahan.

Kelihatannya Lusi sedang tidak sadarkan diri, dia hanya terpejam coba untuk beristirahat. Vagina Lusi masih sempit sekali, penisku dibuat cuma diam mematung di pintunya. Perlahan kubuka dengan tangan dan terus kucoba untuk memasukkannya, dan akhirnya berhasil penisku masuk setengahnya, kira-kira 7 cm.

Jangan Ben.. entar aku hamil! katanya tanpa berontak.
Kamu udah mens belom? tanyaku.
Udah, baru kemaren, emang kenapa? katanya.
Sambil aku masukkan penisku yang setengah, aku jawab pertanyaannya, Kalau gitu kamu kagak bakal hamil.
Ach.. ach.. ahh..! sakit Ben, a.. ach.. ahh, pelan-pelan, aa.. aach.. aachh..! katanya berteriak nikmat.
Tenang aja cuma sebentar kok, Lus mending doggy style dech! kataku tanpa melepaskan penis dan berusaha memutar tubuhnya.

Ia menuruti kata-kataku, lalu mulai kukeluar-masukkan penisku dalam vaginanya dan kurasa ia pun mulai terangsang kembali, karena sekarang ia merespon gerakan keluar-masukku dengan menaik-turunkan pinggulnya.

Ach.. a.. aa ach.. teriaknya.
Sakit lagi Ben.. a.. aa.. ach..
Tahan aja, cuma sebentar kok, kataku sambil terus bergoyang dan meremas-remas buah dadanya.
Ben,. ach pengen.. ach.. a.. keluar lagi Ben.. katanya.
Tunggu sebentar yach, aku juga pengen nich, balasku.
Cepetan Ben, enggak tahan nich, katanya semakin menegang.
A.. ach.. aachh..! yach kan keluar.
Aku juga Say.. kataku semakin kencang menggenjot dan akhirnya setidaknya enam tembakan spermaku di dalam vaginanya.

Kucabut penisku dan aku melihat seprei, apakah ada darahnya atau tidak? tapi tenyata tidak.
Lus kamu enggak perawan yach, tanyaku.
Iya Ben, dulu waktu lagi masturbasi nyodoknya kedaleman jadinya pecah dech, jelasnya.
Ben ingat loh, jangan bilang siapa-siapa, ini rahasia kita aja.
Oh tenang aja aku bisa dipercaya kok, asal lain kali kamu mau lagi.
Siapa sih yang bisa nolak Beni Junior, katanya mesra.

foto bugil Setelah saat itu setidaknya seminggu sekali aku selalu melakukan ML dengan Lusi, terkadang aku yang memang sedang ingin atau terkadang juga Lusi yang sering ketagihan, yang asyik sampai saat ini kami selalu bermain di rumah tanpa ada seorang pun yang tahu, kadang tengah malam aku ke kamar Lusi atau sebaliknya, kadang juga saat siang pulang sekolah kalau tidak ada orang di rumah. Kali ini kelihatannya Lusi lagi ingin, sejak di sekolah ia terus menggodaku, bahkan ia sempat membisikkan kemauannya untuk ML siang ini di rumah, tapi malangnya siang ini ayah dan ibu sedang ada di rumah sehingga kami tak jadi melakukan ini. Aku menjanjikan nanti malam akan main ke kamarnya, dan ia mengiyakan saja, katanya asal bisa ML denganku hari ini ia menurut saja kemauanku. Ternyata sampai malan ayahku belum tidur juga, kelihatannya sedang asyik menonton pertandingan bola di TV, dan aku pun tidur-tiduran sambil menunggu ayahku tertidur, tapi malang malah aku yang tertidur duluan. Dalam mimpiku, aku sedang dikelitiki sesuatu dan berusaha aku tahan, tapi kemudian sesuatu menindihku hingga aku sesak napas dan kemudian terbangun.

Lusi! apa Ayah sudah tidur? tanyaku melihat ternyata Lusi yang menindihiku dengan keadaan telanjang.
Kamu mulai nakal Ben, dari tadi aku tunggu kamu, kamu tidak datang-datang juga. kamu tau, sekarang sudah jam dua, dan ayah telah tidur sejak jam satu tadi, katanya mesra sambil memegang penisku karena ternyata celana pendekku dan CD-ku telah dibukanya.

Yang nakal tuh kamu, Bukannya permisi atau bangunin aku kek, kataku.
Kamu tidak sadar yach, kamu kan udah bangun, tuh liat udah siap kok, katanya sambil memperlihatkan penisku.

Aku emut yach. Emutanya kali ini terasa berbeda, terasa begitu menghisap dan kelaparan.
Lus jangan cepet-cepet dong, kasian Beni Junior dong!
Aku udah kepengen berat Ben! katanya lagi.
Mending seperti biasa, kita pake posisi 69' dan kita sama-sama enak, kataku sembil berputar tanpa melepaskan emutannya kemudian sambil terus diemut.

Aku mulai menjilat-jilat vaginanya yang telah basah sambil tanganku memencet-mencet payudaranya yang semakin keras, terus kuhisap vaginanya dan mulai kumasukkan lidahku untuk mencari-cari klitorisnya.

Aach.. achh.. desahnya ketika kutemukan klitorisnya.
Ben! kamu pinter banget nemuin itilku, a.. achh.. ahh.. kamu juga makin pinter ngulum Beni kecil, kataku lagi.
Ben, kali ini kita tidak usah banyak-banyak yach, aa.. achh.. katanya sambil mendesah.
Cukup sekali aja nembaknya, taapi.. sa.. ma.. ss.. sa.. ma.. maa ac.. ach.. katanya sambil menikmati jilatanku.
Tapi Ben aku.. ma.. u.. keluar nich! Ach.. a.. aahh.. katanya sambil menegang kemudian mengeluarkan cairan dari vaginanya. Kayaknya kamu harus dua kali dech! kataku sambil merubah posisi.
Ya udah dech, tapi sekarang kamu masukin yach, katanya lagi.
Bersiaplah akan aku masukkan ini sekarang, kataku sambil mengarahkan penisku ke vaginanya.
Siap-siap yach! Ayo dech, katanya.
Ach.. a.. ahh.. desahnya ketika kumasukkan penisku.
Pelan-pelan dong! Inikan udah pelan Lus, kataku sambil mulai bergoyang.
Lus, kamu udah terangsang lagi belon? tanyaku.
Bentar lagi Ben, katanya mulai menggoyangkan pantatnya untuk mengimbangiku, dan kemudian dia menarik kepalaku dan memitaku untuk sambil menciumnya.

Sambil bercumbu dong Ben! Tanpa disuruh dua kali aku langsung mncumbunya, dan aku betul-betul menikmati permainan lidahnya yang semakin mahir.
Lus kamu udah punya pacar belom? tanyaku.
Aku udah tapi baru abis putus, katanya sambil mendesah.
Ben pacar aku itu enggak tau loh soal benginian, cuma kamu loh yang beginian sama aku.
Ach yang bener? tanyaku lagi sambil mempercepat goyangan.
Ach.. be.. ner.. kok Ben, a.. aa.. ach.. achh, katanya terputus-putus.
Tahan aja, atau kamu mau udahan? kataku menggoda.
Jangan udahan dong, aku baru kamu bikin terangsang lagi, kan kagak enak kalau udahan, achh.. aa.. ahh.. aku percepat yach Ben, katanya.

Kemudian mempercepat gerakan pinggulnya. Kamu udah ngerti gimana enaknya, bentar lagi kayaknya aku bakal keluar dech, kataku menyadari bahwa sepermaku sudah mengumpul di ujung.
Achh.. ach.. bentar lagi nih.
Tahan Ben! katanya sambil mengeluarkan penisku dari vaginanya dan kemudian menggulumnya sambil tanganya mamainkan klitorisnya. Aku juga Ben, bantu aku cari klitorisku dong! katanya menarik tanganku ke vaginanya. Sambil penisku terus dihisapnya kumainkan klitorisnya dengan tanganku dan..

Achh.. a.. achh.. achh.. ahh.. desahku sambil menembakkan spermaku dalam mulutnya.
Aku juga Ben.. katanya sambil menjepit tanganku dalam vaginanya.
Ach.. ah.. aa.. ach..desahnya.
Aku tidur di sini yach, nanti bangunin aku jam lima sebelum ayah bagun, katanya sambil menutup mata dan kemudian tertidur, di sampingku. Tepat jam lima pagi aku bangun dan membangunkanya, kemudian ia bergegas ke kamar madi dan mempersiapkan diri untuk sekolah, begitu juga dengan aku. Yang aneh siang ini tidak seperti biasanya Lusi tidak pulang bersamaku karena ia ada les privat, sedangkan di rumah cuma ada Mbak Riri, dan anehnya siang-siang begini Mbak Riri di rumah memakai kaos ketat dan rok mini seperti sedang menunggu sesuatu.

Siang Ben! baru pulang? Lusi mana? tanyanya.
Lusi lagi les, katanya bakal pulang sore kataku, Loh Mbak sendiri kapan pulang? katanya dari Solo yach?
Aku pulang tadi malem jam tigaan, katanya.
Ben, tadi malam kamu teriak sendirian di kamar ada apa? Wah gawat sepertinya Mbak Riri dengar desahannya Lusi tadi malam.
Ach tidak kok, cuma ngigo, kataku sambil berlalu ke kamar.
Ben!panggilnya, Temenin Mbak nonton VCD dong, Mbak males nich nonton sendirian, katanya dari kamarnya.
Bentar! kataku sambil berjalan menuju kamarnya.
Ada film apa Mbak? tanyaku sesampai di kamarnya.
Liat aja, nanti juga tau, katanya lagi.
Mbak lagi nungguin seseorang yach? tanyaku.
Mbak, lagi nungguin kamu kok, katanya datar.
Tuh liat filmnya udah mulai.
Loh inikan..? kataku melihat film BF yang diputarnya dan tanpa meneruskan kata-kataku karena melihat ia mendekatiku. Kemudian ia mulai mencium bibirku.

Mbak tau kok yang semalam, katanya.
Kamu mau enggak ngelayanin aku, aku lebih pengalaman dech dari Lusi.
Wah pucuk di cinta ulam tiba, yang satu pergi datang yang lain.
Mbak, aku kan adik yang berbakti, masak nolak sich, godaku sambil tangan kananku mulai masuk ke dalam rok mininya menggosok-gosok vaginanya, sedangkan tangan kiriku masuk ke kausnya dan memencet-mencet payudaranya yang super besar.
Kamu pinter dech, tapi sayang kamu nakal, pinter cari kesempatan, katanya menghentikan ciumannya dan melepaskan tanganku dari dada dan vaginanya.

Mbak mau ngapain, kan lagi asyik? tanyaku.
Kamu kagak sabaran yach, Mbak buka baju dulu terus kau juga, biar asikkan? katanya sambil membuka bajunya. Aku juga tak mau ketinggalan, aku mulai membuka bajuku sampai pada akhirnya kami berdua telanjang bulat.

Tubuh Mbak bagus banget, kataku memperhatikan tubuhnya dari atas sampai ujung kaki, benar-benar tidak ada cacat, putih mulus dan sekal. Ia langsung mencumbuku dan tangan kanannya memegang penisku, dan mengarahkan ke vaginanya sambil berdiri.
Aku udah enggak tahan Ben, katanya.

Kuhalangi penisku dengan tangan kananku lalu kumainkan vaginanya dengan tangan kiriku.
Nanti dulu ach, beginikan lebih asik.
Ach.. kamu nakal Ben! pantes si Lusi mau, katanya mesra.
Ben..! Mbak..! lagi dimana kalian? terdengar suara Lusi memanggil dari luar.
Hari ini guru lesnya tidak masuk jadi aku dipulangin, kalian lagi dimana sich? tanyanya sekali lagi.
Masuk aja Lus, kita lagi pesta nich, kata Mbak Riri.
Mbak! Entar kalau Lusi tau gimana? tanyaku.
Ben jangan panggil Mbak, panggil aja Riri, katanya dan ketika itu aku melihat Lusi di pintu kamar sedang membuka baju.
Rir, aku ikut yach! pinta Lusi sambil memainkan vaginanya.
Ben kamu kuat nggak? tanya Riri.
Tenang aja aku kuat kok, lagian kasian tuch Lusi udah terangsang, kataku.
Lus cepet sinih emut Beni Junior, ajakku. Tanpa menolak Lusi langsung datang mengemut penisku.

Mending kita tiduran, biar aku dapet vaginamu, kataku pada Riri.
Ayo dech! katanya kemudian mengambil posisi. Riri meletakkan vaginanya di atas kepalaku, dan kepalanya menghadap vagina Lusi yang sedang mengemut penisku.
Lus, aku maenin vaginamu, katanya.

Tanpa menunggu jawaban dari Lusi ia langsung bermain di vaginanya.Permainan ini berlangsung lama sampai akhirnya Riri menegangkan pahanya, dan..

Ach.. a.. aach.. aku keluar.. katanya sambil menyemprotkan cairan di vaginanya.
Sekarang ganti Lusi yach, kataku. Kemudian aku bangun dan mengarahkan penisku ke vaginanya dan masuk perlahan-lahan.
Ach.. aach.. desah Lusi.
Kamu curang, Lusi kamu masukin, kok aku tidak? katanya.
Abis kamu keluar duluan, tapi tenang aja, nanti abis Lusi keluar kamu aku masukin, yang penting kamu merangsang dirimu sendiri, kataku. Yang cepet dong goyangnya! keluh Lusi.

Kupercepat goyanganku, dan dia mengimbanginya juga.
Kak, ach.. entar lagi gant.. a.. ach.. gantian yach, aku.. mau keluar ach.. aa.. a.. ach..! desahnya, kemudian lemas dan tertidur tak berdaya.
Ayo Ben tunggu apa lagi! kata Riri sambil mengangkang mampersilakan penisku untuk mencoblosnya.
Aku udah terangsang lagi. Tanpa menunggu lama aku langsung mencoblosnya dan mencumbunya.

Gimana enak penisku ini? tanyaku.
Penis kamu kepanjangan, katanya, tapi enak!.
Kayaknya kau nggak lama lagi dech, kataku.
Sama, aku juga enggak lama lagi, katanya, Kita keluarin sama-sama yach! terangnya.

Di luar apa di dalem? tanyaku lagi.
Ach.. a.. aach.. di.. dalem.. aja.. katanya tidak jelas karena sambil mendesah.
Maksudku, ah.. ach.. di dalem aja.. aah.. ach.. bentar lagi..
Aku.. keluar.. ach.. achh.. ahh.. desahku sambil menembakkan spermaku.
Ach.. aach.. aku.. ach.. juga.. katanya sambil menegang dan aku merasakan cairan membasahi penisku dalam vaginanya.

Cewek nakal Akhirnya kami bertiga tertidur di lantai dan kami bangun pada saat bersamaan.

Ben aku mandi dulu yach, udah sore nich.
Aku juga ach, kataku.
Ben, Lus, lain kali lagi yach, pinta Riri.
Itu bisa diatur, asal lagi kosong kayak gini, ya nggak Ben! kata Lusi.
Kapan aja kalian mau aku siap, kataku.

Kalau gitu kalian jangan mandi dulu, kita main lagi yuk! kata Riri mulai memegang penisku. Akhirnya kami main lagi sampai malam dan kebetulan ayah dan ibu telepon dan mengatakan bahwa mereka pulangnya besok pagi, jadi kami lebih bebas bermain, lagi dan lagi. Kemudian hari selanjutya kami sering bermain saat situasi seperti ini, kadang tengah malam hanya dengan Riri atau hanya Lusi. Oh bapak tiri, ternyata selain harta banyak, kamu juga punya dua anak yang siap menemaniku kapan saja, ohh nikmatnya hidup ini. Itulah cerita dewasa yang bisa diberikan oleh berita terbaru kali ini, semoga saja anda bisa mengambil semua hikmah yang terkandung didalam cerita dewasa tersebut, perlu diingat cerita ini khusus bagi anda yang sudah dewasa sekian dan terima kasih.

Demikian Cerita Dewasa : Ketagihan Legitnya Pepex Adik Tiri, baca cerita dewasa lainnya, klik disini.





Cerita Dewasa : ML Dengan Tante Murni,Adik Ibu Ku

ML Dengan Tante Murni,Adik Ibu Ku


Cerita Dewasa : ML Dengan Tante Murni,Adik Ibu Ku - Ibuku adalah 7 bersaudara, dan beliau adalah anak tertua kedua, kemudian adik-adiknya ada 4 orang, berturut-turut perempuan dan yang bungsu laki laki, adik perempuan yang terkecil tinggal bersama kami sejak aku masih kecil.

Sejak aku usia 8 tahun (kira kira kelas 3 SD), tanteku itu mulai ikut tinggal di rumah kami, sebut saja Tante Murni. Tante Murni terpaut sekitar 6 tahun denganku, jadi waktu itu usianya 14 thn. Setelah lulus SMP di K, Tante Murni tidak mau meneruskan ke SMA dan memilih ikut kakaknya di Jakarta, katanya mau tahu Jakarta. Wajah Tante Murni sangat menarik, bulat, cukup cantik, kulit sawo matang, dengan tinggi seperti anak perempuan usia 14 tahun, tetapi dalam pandanganku sepertinya tubuh Tante Murni lebih montok dibanding teman seusianya yang lain. Sebagai gadis remaja yang sedang mekar tubuhnya, tanteku ini juga agak sedikit genit. Dia senang berlama-lama jika sedang merias dirinya di depan cermin, aku sering menggodanya dan Tante Murni selalu tertawa saja.

Aku sendiri anak tertua dari tiga bersaudara (semua saudaraku perempuan). Rumahku waktu itu hanya mempunyai 3 kamar, satu kamar orang tuaku dan dua untuk anak anak. Kedua adikku tidur dalam satu kamar, dan aku menempati kamar lain yang lebih kecil. Sejak Tante Murni tinggal dengan kami, tante tidur dengan kedua adikku ini.

Pergaulan Tante Murni dengan tetangga sekitar juga sangat baik, ia cepat akrab dengan anak remaja sebayanya, antara lain tetangga kami Suli. Usianya tak jauh beda dengan tanteku kira-kira 15 tahun, tapi berbeda dengan tanteku, Suli berkulit putih bersih dan jauh lebih tinggi (kata orang bongsor), wajahnya ayu, rambutnya selalu disisir poni, murah senyum dan baik hati. Ia sangat baik terhadap semua saudaraku terlebih terhadapku, mungkin karena ia anak tunggal dan sangat mendambakan seorang adik laki-laki seperti yang sering dikatakannya kepadaku. Mbak Suli sering bermain di rumah kami, bahkan beberapa kali ikut tidur di rumah kami bila hari libur, oh ya Mbak Suli ini kelas 2 SMEA.

Sekitar dua bulan setelah Tante Murni tinggal di rumahku, suatu saat Ibu dan almarhum ayahku harus meninggalkan kami karena suatu urusan di Jawa Tengah (almarhum berasal dari sana) katanya urusan warisan atau apalah waktu itu aku tidak begitu paham. Adikku yang kecil (2,5 thn.) diajak serta, sedangkan kami dititipkan pada tetangga sebelah rumah (kami saling dekat dengan tetangga kiri-kanan) dan tentu saja pada Tante Murni.

Tante Murni orangnya sangat telaten mengurus para keponakan, mungkin karena di desa dulu memang tanteku itu orang yang "prigel" dalam pekerjaan rumah tangga. Setiap hari Tante Murni bersama adikku selalu mengantarku sekolah yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan rumah. Lalu ia pulang dan menjemputku lagi pada jam pulang sekolah (kira-kira pukul 10:30). Aku sangat senang dijemput Tante Murni, karena aku punya kesempatan untuk menggandengnya dan menepuk pantatnya yang montok itu. Entah mengapa meskipun aku saat itu masih kecil, tetapi kemontokan dada Tante Murni serta juga pinggulnya yang menonjol itu membuat aku selalu berusaha menyentuhnya terutama secara "pura pura" tidak sengaja. Semuanya itu aku lakukan secara intuitif saja, tanpa ada siapapun yang mengajari.

Pada hari keempat sejak ditinggal pergi kedua orang tuaku (hari Sabtu), Sepulang sekolah, kami bermain di ruang depan sambil nonton televisi. Aku, adikku, Tante Murni dan Mbak Suli. Orang tua Mbak Suli inilah yang dititipi oleh orang tuaku. Masa kecilku memang lebih banyak dihabiskan di dalam rumah, jarang aku bermain di luar rumah kecuali bila sekolah, dan pergaulanku juga lebih banyak dengan adikku, atau beberapa anak sebaya tetangga terdekat, itupun kebanyakan mereka perempuan.

Kami biasanya bermain mobil-mobilan atau sesekali bermain dokter-dokteran, aku jadi dokter lalu Tante Murni dan Mbak Suli menjadi pasien. Kadang-kadang bila aku sedang berpura-pura memeriksa dengan stetoskop mainanku secara mencuri-curi aku menyenggol payudara Mbak Suli atau tanteku, tapi mereka tidak marah hanya tersenyum sambil berkata, "Eh, koq dokternya nakal, ya". sambil tertawa, terkadang membalas dengan cubitan ke pipi atau lenganku, yang selalu kuhindari. Memang mulanya aku tak sengaja tapi sepertinya asyik juga menyenggol payudara mereka, maka hal itu menjadi kebiasaanku, setiap kali permainan itu. Terasa sekali payudara mereka kenyal dan empuk, setelah aku besar baru aku menyadari bahwa saat itu mereka pasti tak memakai beha, karena tak terasa ada sesuatu yang menghalangi sentuhan jariku pada daging montok itu kecuali lapisan baju mereka. Setiap kali tanganku menyentuh meremas atau menowel bukit empuk itu, aku merasakan ada getaran aneh terutama di sekitar kemaluanku, tak jarang membuatnya menegang, walaupun waktu itu masih kecil dan belum sunat. Sering aku mengkhayalkan memegang payudara mereka bila sedang sendirian di kamarku sambil memegang burung kecilku, hingga tegang walaupun tak sampai mengeluarkan sperma, hanya cairan bening, seperti cairan lem uhu tapi tidak seperti lem lengketnya.

Siang itu setelah adikku tertidur kami kembali bermain dokter-dokteran dan hal itu kulakukan lagi. Untuk diperiksa kuminta Tante Murni untuk berbaring di lantai, dia menurut saja. Yang pertama kuperiksa adalah dahinya lalu aku langsung meletakkan stetoskopku di dadanya, namun aku sengaja memposisikan tanganku sedemikian rupa sehingga tanganku berhasil menempel di dada Tante Murni, kurasakan empuk sekali dan seiring dengan napasnya, tangankupun ikut naik turun pelan-pelan. Tante Murni hanya tertawa saja, sementara Mbak Suli memperhatikan sambil tertawa, rupanya mereka geli atas kekurangajaranku ini, sepertinya Tante Murni keenakan dengan tingkahku ini, tanganku tak hanya memeriksa di satu tempat tetapi terus bergeser, dan aku tak pernah mengangkat tanganku dari gundukan kenyal itu.

Sampai tiba-tiba Tante Murni memegang tanganku dan menggosok-gosokannya di dadanya. Aku merasa senang sekali, apalagi Tante Murni juga tiba-tiba merangkul dan menciumiku dengan gemas, tapi ya cuma begitu saja. Karena selanjutnya Mbak Suli yang minta diperiksa, Mbak Suli malahan lebih gila lagi, dia sengaja membuka kancing blus-nya sehingga aku bisa melihat gundukan daging yang putih itu. Tanganku gemetar ketika meletakkan stetoskop plastikku di tepi gundukan dadanya, apalagi ketika dengan suara nyaring Mbak Suli berkata, "Mas.. (dia biasa memanggilku Mas seperti adik adikku, begitu juga Tante Murni), dingin stetoskopmu!". Tanpa mempedulikan ucapannya, stetoskopku terus bergeser sehingga tersingkaplah bajunya dan mataku terbelalak melihat puting susunya yang kecil dan berwarna coklat muda itu.

Saat itulah Mbak Suli menepis tanganku sambil tertawa, "Sudah sudah, geli!". Mereka berdua langsung berdiri dan meninggalkanku sambil berbisik-bisik, aku merengek agar mereka tetap menemaniku bermain, tetapi mereka terus keluar sambil tertawa. Aku merasakan kalau penisku kaku sekali dan juga celanaku jadi basah, entah mengapa aku jadi penasaran sekali dengan semua ini, aku bertekad kalau besok main dokter-dokteran lagi, akan aku singkap baju Tante Murni atau Mbak Suli biar aku bisa melihat lebih jelas puting susu yang menonjol bulat itu.

Malamnya sebelum tidur aku kembali membayangkan kejadian siang itu, kurasakan penis kecilku meregang sehingga kubuka celana pendekku dan kukeluarkan penisku yang sudah tegak ke atas itu. Kupegang dan kuremas pelan-pelan, sambil memejamkan mata kubayangkan kekenyalan dada Tante Murni, puting susu Mbak Suli, terasa nikmat sekali melamun sambil merasakan sesuatu yang gatal dan nikmat di sekitar penisku itu. "Hayo., lagi ngapain!, Aku jadi kaget dan terlonjak serta membuka mataku. Di depanku kulihat Tante Murni sambil tersenyum memandang bagian bawah tubuhku yang terbuka itu. Mukaku terasa panas, mungkin merah padam mukaku, sambil membetulkan celana yang hanya kupelorotkan sampai dengkul aku segera memeluk guling tanpa berkata apa apa lagi dan membelakangi tanteku.

Sambil terus tertawa tanteku ikut naik ke ranjangku dan memelukku dari belakang dan menciumku sambil berbisik, "Nggak apa apa Mas.". Jantungku deg-deg, apalagi ketika dengan lembut tanteku membelai rambutku terus tubuhku sambil berbisi, "Ehh, jangan malu, kamu senang ya pegangin burung, sini tante pegangin". Mulanya aku ragu, takut kalau tanteku hanya memancing reaksiku saja, tetapi ketika rabaannya turun ke arah selangkanganku aku jadi berubah senang. Kuberanikan diri untuk menolehnya dan kudapati wajah tanteku yang tersenyum manis sekali membuat hatiku berbunga bunga. Burungku yang tadinya sudah mengecil itu mendadak meregang lagi dan mendesak celanaku.

Tanteku kemudian menciumi wajahku dengan kasih sayang, tangannya mulai meraba lagi bagian sensitifku dari bagian luar celanaku, aku yakin tanteku bisa merasakan penisku yang meregang dan keras itu, elusan tanteku terasa kurang nikmat, aku berpikir seandainya tanteku memegang langsung burungku, tentu lebih nikmat. Belum habis aku berpikir, tiba-tiba saja Tante Murni memelorotkan celana pendekku sampai terlepas, sehingga burungku yang sudah tegang itu bebas mengacung diudara terbuka. Dengan kelima jarinya tanteku menggenggam burungku dan meremasnya pelan. Aku merasa gatal dan geli serta nikmat yang tak kumengerti tapi membuat aku merasa seperti melayang dan menggeliat serta merintih pelan.

Dengan memandang tajam mataku, remasan jari lentik Tante Murni di burungku menjadi semakin cepat bahkan juga dikocoknya naik turun kadang-kadang juga dielusnya buah pelirku. Aku semakin meringis merasakan kenikmatan ini, secara naluriah aku berusaha merangkul tanteku agar rasa geli itu makin terasa nikmat. Aku juga berusaha menempelkan wajahku ke wajah Tante Murni yang kulihat juga merah padam dan bibirnya gemetar, nafas Tante Murni semakin memburu dan dia makin merapatkan tubuhnya ke tubuh kecilku, tanganku diraihnya lalu dituntun ke dadanya yang montok dan kenyal itu.

Tanganku terasa menempel di puting susu Tante Murni yang terasa keras seperti kelereng itu, aku meremasnya dengan agak sulit, karena telapak tanganku yang kecil itu tak bisa meremas keseluruhan permukaan dada Tante Murni yang lebar dan keras itu Kuperhatikan tanteku saat itu mengenakan daster kaos yang tipis tanpa mengenakan apa apa lagi dibaliknya. Merasa kurang puas hanya meremas dari luar, akupun menyelusupkan tanganku ke lubang tangan daster Tante Murni sehingga tanganku secara langsung bersentuhan dengan dada yang telah lama aku kangeni itu, hangat dan licin sekali. Kalau tadinya tanteku yang asyik meremas-remas burungku, sekarang justru aku yang beringas meremas-remas payudara tanteku bahkan tanganku yang lain juga ikut ikutan meremas payudara Tante Murni yang satunya. Tante Murni hanya memejamkan matanya rapat rapat sambil menggigit bibirnya.

Aku tak mempedulikan apapun sikap Tante Murni, bagiku kesempatan emas ini harus benar-benar dinikmati dan peduli dengan tanteku. Tanganku bukan hanya meremas, tetapi juga memelintir puting susu tanteku yang kecil dan keras itu, lucu sekali melihat kedua tanganku menelinap dan bergerak-gerak di dalam daster tanteku. Kurasakan tangan tanteku sudah tak mengocok penisku, tetapi hanya kadang kadang saja dia meremasnya dengan keras membuat aku kesakitan. Dari luar dadanya yang berdaster mulutku ikut ikutan menciumi dada tanteku itu, rasanya bila memungkinkan aku ingin memanfaatkan seluruh tubuhku untuk menikmati kekenyalan dada Tante Murni ini.

Tak kusadari nafas tanteku makin lama makin memburu, rupanya dia juga sangat menikmati kekasaran tanganku ini. Tiba-tiba saja Tante Murni mengangkat dasternya sehingga dadanya tersibak, baru saat itu aku bisa melihat kemontokan payudara tanteku ini, tanganku hanya dapat menutupi sebagian ujung atas payudaranya, sedangkan bagian yang lain masih belum tersentuh oleh remasanku. Dada yang montok itu dipenuhi oleh barut-barut merah bekas remasanku. Setelah dadanya terbuka dengan gemetar Tante Murni berbisik, " Mas, isep pentilnya pelan-pelan ya". Tak perlu diperintah dua kali, aku segera melumat puting susu tanteku dan mengenyotnya sekuatku, Tante Murni mendesis desis dan menekan kepalaku kuat kuat kedadanya, aku memeluk pinggangnya dan kutindih badan Tante Murni dengan tubuhku yang telanjang bawah itu. Terasa burungku yang kaku itu menghunjam di tubuh mulus tanteku yang hanya dilapisi celana dalam itu. Tanteku makin kencang memeluk tubuhku, bahkan ia menyuruh aku untuk menjilati juga putingnya. Kulakukan semua itu dengan penuh semangat, entah apa pengaruh kepatuhanku ini pada Tante Murni, yang jelas aku sangat menikmatinya, penisku yang menggeser-geser diperut Tante Murni terasa mengeluarkan cairan yang membasahi perut Tante Murni. Saat itu Tante Murni sudah tak mempedulikan penisku lagi, dia asyik menikmati kepatuhanku itu.

Mungkin karena sudah tak tahan dengan semua itu, tiba-tiba saja Tante Murni juga melepaskan celana dalamnya. Selama ini aku hanya bernafsu pada buah dadanya saja, aku tak pernah berpikiran lebih dari itu. Ketika dengan berbisik ia menyuruhku memindahkan ciumanku, aku agak bingung juga. " Mas, ayo sekarang ciumi selangkangan Mbak ya, nanti punya kamu juga Mbak ciumi". Aku menghentikan kesibukanku di dada Tante Murni dan memandang ke selangkangannya. Aku takjub sekali melihat selangkangan Tante Murni itu karena ada rambut keriting yang tumbuh di ujung selangkangannya yang cembung itu, ini adalah pemandangan yang sama sekali baru bagiku, selama ini aku hanya pernah melihat selangkangan adikku yang aku tahu tak ada burungnya seperti aku. Namun selangkangan wanita yang berbulu, ya baru kepunyaan Tante Murni ini!

Oh, terus terang saja, meskipun aku secara naluri sudah bangkit birahi, tetapi tak pernah kubayangkan bahwa aku akan melangkah sejauh ini dalam bidang seksual apalagi di usiaku yang belum sampai sepuluh tahun itu. Aku agak ragu juga melepaskan mainan yang begitu nikmat di payudara Tante Murni, tetapi perintah Tante Murni membuatku merubah posisi badanku dan dengan ragu-ragu kudekatkan wajahku ke bukit cembung yang ada bulu keritingnya itu. Merasakan keraguanku, Tante Murni tanpa basa basi langsung menekan kepalaku sehingga bibir dan hidungku menempel di bulu-bulu keriting yang halus itu. Karena tadi aku disuruh menggigiti payudara, maka kali ini akupun juga mulai menggigiti bukit cembung itu. Namun kudengar Tante Murni berteriak lirih, "Jangan keras keras gigitnya Mas, sakit!". Ketidaktahuanku benar-benar konyol, aku kira bukit cembung itu sama seperti payudara, tetapi karena bidangnya kecil, tanganku tak mungkin untuk meremasnya, sebagai sasaran lain aku jadi meremas paha Tante Murni serta juga pantatnya. Ketika Tante Murni membisiki agar ciumanku lebih turun lagi ke depan, aku agak bingung juga.

Nah ketika aku maju ke depan barulah aku melihat celah sempit yang berbentuk bibir dan saat itu sudah basah. Warnanya sungguh menarik merah muda dan bibirnya seperti berlipat lipat. Seperti biasa aku menciumi bagian ini dengan penuh semangat. "Jilat saja Mas, nikmat lho!", bisikan Tante Murni membuatku merubah lagi permainanku. Entah kenapa di tengah asyiknya aku menjilati celah basah yang asin dan agak amis itu, Tante Murni mengerang dan menjambak rambutku sambil menjepitnya dengan kedua pahanya. Aku tak bisa bernafas dan aku segera berontak melepaskan diri.

Tante Murni melepaskan dasternya yang tadi masih bergulung di atas dadanya sehingga dia sekarang jadi telanjang bulat. Dengan suara serak disuruhnya aku berbaring telentang, dengan telanjang bulat Tante Murni memegang burungku yang masih tegang itu, karena waktu itu aku belum dikhitan, tanteku menceletkan kulup penisku yang terasa sangat geli bagiku kemudian dengan tiba-tiba Tante Murni mengangkangi burungku dia menurunkan pantatnya, dan dituntunnya burungku memasuki celah sempit yang tadi aku jilati itu. Dilakukannya semua ini dengan pelan-pelan sampai akhirnya aku merasakan kehangatan jepitan kemaluan tanteku yang ternyata telah sangat basah. Aku tak mengerti apa yang dilakukan tanteku ini, tetapi terasa geli, ngilu di sekitar kemaluanku, juga ada rasa perih. Tanteku hanya diam saja setelah menelan burungku, dia malah mendekatkan dadanya ke wajahku sehingga aku mulai lagi menyedot puting susunya itu. Tanteku kembali mendesis-desis, dan terasa dia memutar-mutar pantatnya membuat burungku seperti dikocok-kocok oleh tangan tanteku yang lembut itu, nikmat sekali.

Tanteku terus saja menggoyangkan pantatnya ke kanan-kiri, putar sehingga ada rasa yang lebih nikmat di sekitar kemaluanku. Rasa geli yang ditimbulkan membuat aku makin ganas menciumi bahkan juga menggigit daging montok yang bergantung di depanku itu. Ketika Tante Murni mengangkat pantatnya, aku merasa kalau batang burungku yang sekarang penuh lendir dari dalam celah Tante Murni itu menjadi gatal dan geli, ternyata rasanya jauh lebih menyenangkan daripada diremas dengan tangan Tante Murni, apalagi dengan tanganku sendiri.

Tidak lama aku merasakan ada lendir yang meleleh di pangkal burungku, yang berasal dari lubang Tante Murni itu. Ketika kutanyakan apakah Tante Murni pipis, dia tak menjawab, melainkan memejamkan matanya serta mendesis dengan keras sekali. Pantatnya ditekan keras-keras ke tubuhku sehingga terasa pangkal kemaluanku menyentuh bibir vaginanya yang hangat. Kurasakan tubuhnya menegang dan berdenyut-denyut pada bagian kemaluannya, membuat burung kecilku seperti diurut dan dipilin oleh tangan yang lembut. Oh.., sungguh kurasakan nikmat yang sungguh luar biasa. Bayangkan..., aku yang baru SD kelas 3 telah merasakan tubuh tanteku yang notabene beberapa tahun lebih tua, yang mungkin maniak seks (terakhir kutemukan koleksi gambar gambar porno di balik tumpukan pakaiannya. Jujur saja Mbak, akupun tak tahu apakah sebelum itu tanteku sudah pernah berhubungan seks, tetapi kukira dia sudah pernah melakukannya, mungkin dengan temannya ketika di K.

Mbak pengalaman ini sangat membekas di hatiku, setelah kejadian itu setiap ada kesempatan aku selalu melakukan hal itu bersama tanteku, bahkan pada suatu saat Mbak Suli diajak melakukan bersama kami bertiga (nanti lain waktu aku cerita lagi tentang hal ini).

Kalau dulu kami masih berpura-pura, maka sekarang kami sudah pintar saling merangsang, dan yang paling kunikmati adalah saat spermaku memancar keluar, itulah puncak dari segala kenikmatan, geli, dan nikmat bercampur menjadi satu. Kami sama sama menyukai permainan ini sehingga sering dalam satu hari kami melakukannya tiga empat kali, sering juga tanteku pindah ke kamarku malam-malam dan kami melakukan hubungan seks ini dengan pintu terkunci. Tante Murni juga senang mengulum burungku, bahkan seringkali juga aku muncrat di dalam mulutnya. Semua kegiatan ini kulakukan kira-kira sampai kurang lebih 2 tahun sampai akhirnya tanteku pulang ke K. dan selanjutnya menikah di sana.

Mbak Yuri, disaat aku sudah berkeluarga keinginan untuk mengulang persetubuhan avonturir dengan tanteku sering muncul, yang aku bayangkan hanya betapa sekarang aku akan lebih pintar membuat tanteku merasa nikmat, dan akupun pasti juga akan lebih menghayati dalam merasakan kelembutan tanteku itu. Semua keinginanku itu baru dapat terulang 15 tahun kemudian, ketika adikku yang paling kecil menikah di K.

Malam itu setelah acara resepsi pernikahan selesai kami kembali ke rumah kira-kira pukul 1 pagi, dan karena banyak saudara yang datang maka kami juga menyewa beberapa kamar hotel melati yang letaknya tidak jauh dari rumah (kira kira 200 meter), kebetulan waktu itu aku satu rombongan dengan Tante Murni bersama dua orang anaknya (10 thn dan 7 thn), suaminya tidak ikut, karena ada tugas kantornya yang tak bisa ditinggalkan. Tanteku tidur di ranjang bersama kedua anaknya, aku tidur di lantai dengan kasur extra. Mungkin karena terlalu lelah kedua anaknya langsung tertidur tak lama setelah lampu kamar dipadamkan.

Walaupun lelah aku tak bisa memejamkan mata, karena mengingat-ingat kejadian beberapa belas tahun lalu bersama tante yang sekarang sedang terbaring di atas tempat tidur. Ternyata hal ini juga dialami oleh tante, aku merasakan ia gelisah bolak balik.
"Nggak bisa tidur Mas?".
"Iya nich, sumuk".
Sambil melongok tante tersenyum kepada yang ada dibawahnya. Sambil turun dari ranjang dia bilang, "Eh boleh nggak aku tidur di sini?, sumuk di atas, di sinikan anyep".

Aku menggeser ke tepi memberi tempat untuk tante. Jantung ini serasa berpacu cepat ketika tubuh tante yang hangat menempel ke sisi tubuhku. Aku merasa 'adikku' sudah mulai bereaksi walaupun belum tegak benar (aku waktu itu hanya mengenakan kaos oblong dan sarung saja, tidak mengenakan CD). Aku semakin tidak tahan ketika tanteku memiringkan tubuhnya ke arahku sehingga sekarang dadanya menempel pada lenganku. Semakin nggak karuan nich rasanya. ternyata tante tidak mengenakan BH, hanya daster terusan saja, yach payudaranya cukuplah, kira-kira 34B tapi terasa sudah sangat kencang di lenganku. Aku semakin berani, kuraih pinggang tante dan aku rapatkan pada tubuhku. Tiba-tiba, tidak tahu siapa yang mulai kami telah saling berpagutan. Lidah tanteku dengan lincah menyelinap ke dalam mulutku yang segera kubelit dengan lidahku sendiri.

Mbak Yuri, selama itu aku hanya pernah berhubungan seks dengan isteriku sendiri, dan selama itu juga trauma hubungan seksku dengan Tante Murni membuat aku selalu beranggapan bahwa Tante Murni "lebih nikmat" dari isteriku. Bagiku inilah saatnya untuk membuktikan kebenaran memori masa lalu itu.

Tangan Tante Murni mulai meraba dadaku terus ke bawah sampai di selangkanganku dan menemukan 'adikku' yang sudah mengacung keras. Perlahan tangan Tante Murni mulai membelai-belai, mengocok-ngocok. Aku tak mau ketinggalan dengan ganas merogoh ke arah selangkangannya sambil mulut ini tak henti hentinya bergantian menghisap puting yang telah menegang. Clitoris Tante Murni kubelai dengan sedikit kasar membuatnya mengelinjang tidak keruan. Ketika aku bermaksud akan menggunakan lidah untuk membuat sensasi yang lain, tanteku mencegahnya, "Jangan Mas, tante nggak tahan gelinya", katanya. Aku mengurungkan niatku dan dengan pandangan matanya aku mengerti bahwa tante sudah tidak tahan ingin disetubuhi maka aku mengambil posisi untuk menindihnya, perlahan aku gesekan dulu 'adikku' ke seputar belahan dan permukaan liang tanteku itu, ia terlihat mengelinjang dan berusaha meraih penisku, dibimbingnya menuju lembah kehangatannya.

Begitu ujung adikku sudah terselip diantara kedua bibir vaginanya, dengan berbisik tante menyuruhku untuk menekan! Perlahan kuturunkan pantatku, oh.., ternyata kurang lebih sama dengan rasa istri aku tapi agak lebih hangat rasanya. Mulai aku naik turunkan dengan perlahan membuat sensasi yang semakin lama semakin kupercepat irama kocokanku, sayangnya tante Munrni sama sekali tidak memberi reaksi apa-apa, dia hanya diam saja, sambil tangannya terus mencakar-cakar punggungku. Rupanya tante sangat terpengaruh oleh suasana yang menegangkan ini, sehingga sulit untuk memberikan respon. Namun kira-kira pada menit ke 5 aku merasakan otot-otot vaginanya mulai berkontraksi menandakan sudah waktunya bagi tante. Aku mempercepat kocokan dan membenamkan sedalam dalamnya sampai kurasakan dasar kewanitaannya, Kudengar tante menjerit tertahan karena segera dia letakkan bantal ke wajahnya untuk meredam suara yang timbul. Bagian vitalku terasa ada yang mencengkram lembut tapi ketat sekali, otot-otot vagina tanteku serasa memijat-mijat.

Mbak Yuri..., terus terang rasanya lebih nikmat dari yang selama ini aku pernah dapat dari isteriku, barang isteriku tidak bisa mencengkeram, meskipun sebenarnya lebih sempit dan kering dibanding kepunyaan tante yang terasa lebih longgar dan agak licin itu.

Aku sendiri belum keluar saat itu, kulihat tanteku terkulai kelelahan, kubersihkan sisa-sisa air mani serta juga cairan dari dalam vaginanya dengan menggunakan handuk kecil yang ada di dekat situ. Setelah kurasakan kering, dengan perlahan kumasukkan lagi burungku yang masih tegang dan kugenjot lagi. Aku menggigit bibir tanteku ketika kurasakan gesekan penisku dengan dinding vagina tante yang kesat dan kering itu, rasanya luar biasa.

Tante tiba tiba berbisik, "Mas, jangan digoyang dulu ya, biar tante yang goyangin". Aku menurut saja, dan mulailah tanteku meletakkan kedua kakinya di pantatku, lalu mulai bergoyang, pertama memutar ke kiri dan ke kanan, kadang-kadang disodoknya ke atas. Aku hanya memejamkan mata merasakan kenikmatan yang tak pernah aku dapat ini, "Enak mana punya tante sama Asri, Mas?". Aku tak menjawab pertanyaan tante ini, karena jujur saja Mbak Yuri, punya tanteku lebih nikmat dari vagina Asri isteriku. Tak tahan dengan putarannya, apalagi tanteku terus membisikkan kata-kata yang membuatku makin terangsang, akupun ikut-ikutan menggerakkan burungku maju mundur. Sementara buah dada tanteku sudah rata kuciumi dan kugigiti, tadinya aku takut untuk membuat cupangan didadanya, tetapi justru Tante Murni yang menyuruhku.

Beberapa saat kemudian aku rasakan sesuatu seakan mendesak untuk dikeluarkan. Kutekan sedalam-dalamnya dan meledaklah semua kenikmatan di dasar kewanitaannya. Tanteku tersenyum dalam kegelapan melihat aku mencapai kepuasan itu. "Mas, ini baru komplit ya"!, bisiknya.

Setelah merasakan tuntasnya semprotan spermaku, Tante Murni mendorong tubuhku ke samping, dan dengan lembut dikulumnya burungku, aku menolak karena terasa geli sekali membuat sakit di batang burungku, tetapi tante tak mempedulikanku, terus saja dia menjilati sehingga burungku hingga bersih.

Cerita Dewasa - Sampai sekarang aku selalu merindukan persetubuhan dengan Tante Murni ini. Seringkali aku melamun dan menganalisis apa yang menyebabkan begitu nikmatnya rasa persetubuhan dengan dia. Jawabnya hanya satu, suasana yang penuh resiko, membuat rangsangan yang berbeda dan membuat aku menjadi penuh gairah.

Demikian Cerita Dewasa : ML Dengan Tante Murni,Adik Ibu Ku, baca cerita dewasa lainnya, klik disini.





Foto Hot : ABG Centil Pamer Pepex Lebar

Kerabat Wacana Maya (KWM) kali ini ane persembahkan Foto Hot : ABG Centil Pamer Pepex Lebar, yang pastinya akan membuat anda semua terkagum kagum kagak nahan, langsung saja gan.


ABG Centil Pamer Pepex Lebar

ABG Centil Pamer Pepex Lebar

ABG Centil Pamer Pepex Lebar

ABG Centil Pamer Pepex Lebar

ABG Centil Pamer Pepex Lebar

ABG Centil Pamer Pepex Lebar

ABG Centil Pamer Pepex Lebar

ABG Centil Pamer Pepex Lebar

ABG Centil Pamer Pepex Lebar

ABG Centil Pamer Pepex Lebar





Foto Hot : Rina Pramugari Pose Bu9il ala Model P*rn

Kerabat Wacana Maya (KWM) kali ini ane persembahkan Foto Hot : Rina Pramugari Pose Bu9il ala Model P*rn, yang pastinya akan membuat anda semua terkagum kagum kagak nahan, langsung saja gan.

Pramugari dengan berpenampilan seksi dan anggun serasa seperti permata ini sedang menanggalkan pakain kerjanya dan menampilkan tubuh seksinya yang berpawakan hitam manis dipadu dengan toket yang cukup menantang dengan puting yang cukup imut.


Rina Pramugari Pose Bu9il ala Model P*rn

Rina Pramugari Pose Bu9il ala Model P*rn

Rina Pramugari Pose Bu9il ala Model P*rn

Rina Pramugari Pose Bu9il ala Model P*rn

Rina Pramugari Pose Bu9il ala Model P*rn

Rina Pramugari Pose Bu9il ala Model P*rn

Rina Pramugari Pose Bu9il ala Model P*rn

Rina Pramugari Pose Bu9il ala Model P*rn

Rina Pramugari Pose Bu9il ala Model P*rn

Rina Pramugari Pose Bu9il ala Model P*rn

Rina Pramugari Pose Bu9il ala Model P*rn

Rina Pramugari Pose Bu9il ala Model P*rn

Rina Pramugari Pose Bu9il ala Model P*rn





Foto Hot : Ayam Kampus Pamer Pepex

Ringkasan ini tidak tersedia. Harap klik di sini untuk melihat postingan.

Foto Hot : Yuk Ngintip Cewek di Toilet

Kerabat Wacana Maya (KWM) kali ini ane persembahkan Foto Hot : Yuk Ngintip Cewek di Toilet, yang pastinya akan membuat anda semua terkagum kagum kagak nahan, langsung saja gan.


Yuk Ngintip Cewek di Toilet


Yuk Ngintip Cewek di Toilet


Yuk Ngintip Cewek di Toilet


Yuk Ngintip Cewek di Toilet


Yuk Ngintip Cewek di Toilet


Yuk Ngintip Cewek di Toilet






Foto Hot : ABG Manis Cantik T3lanjang Siap di Entot

Kerabat Wacana Maya (KWM) kali ini ane persembahkan Foto Hot : Cewek Putih Mulus T3lanjang, yang pastinya akan membuat anda semua terkagum kagum kagak nahan, langsung saja gan.



ABG Manis Cantik T3lanjang Siap di Entot


ABG Manis Cantik T3lanjang Siap di Entot


ABG Manis Cantik T3lanjang Siap di Entot


ABG Manis Cantik T3lanjang Siap di Entot


ABG Manis Cantik T3lanjang Siap di Entot


ABG Manis Cantik T3lanjang Siap di Entot


ABG Manis Cantik T3lanjang Siap di Entot







Foto Hot : Cewek Putih Mulus T3lanjang

Kerabat Wacana Maya (KWM) kali ini ane persembahkan Foto Hot : Cewek Putih Mulus T3lanjang, yang pastinya akan membuat anda semua terkagum kagum kagak nahan, langsung saja gan.



Cewek Putih Mulus T3lanjang


Cewek Putih Mulus T3lanjang


Cewek Putih Mulus T3lanjang


Cewek Putih Mulus T3lanjang


Cewek Putih Mulus T3lanjang


Cewek Putih Mulus T3lanjang


Cewek Putih Mulus T3lanjang


Cewek Putih Mulus T3lanjang





Foto Hot : SPG Cantik Tidak Pake CD

Kerabat Wacana Maya (KWM) kali ini ane persembahkan Foto Hot : SPG Cantik Tidak Pake CD, yang pastinya akan membuat anda semua terkagum kagum kagak nahan, langsung saja gan.



SPG Cantik Tidak Pake CD

SPG Cantik Tidak Pake CD

SPG Cantik Tidak Pake CD

SPG Cantik Tidak Pake CD

SPG Cantik Tidak Pake CD

SPG Cantik Tidak Pake CD

SPG Cantik Tidak Pake CD

SPG Cantik Tidak Pake CD

SPG Cantik Tidak Pake CD

SPG Cantik Tidak Pake CD