27 April 2013

DARA MANIS

Dara Manisku - Cerita Pengalaman Pribadi

sudah setengah tahun lamanya aku bertualang di kota “ini”. Tapi belum ada hal-hal istimewa yang membuatku bertahan dengan segala macam problema ini.
Sampai pada suatu pagi di pertengahan bulan penghujan, cuaca pagi ini cukup bersahabat dengan mimpi yang tengah menglun dengan indah dalam tidur yang tak tau waktu.
Tiiiiriiiiiiit triiriiiiit..bunyi alarm di handphine ku berdering menandakan belahan bumi yang ku huni telah menunjukkan pukul 06:30 WIB.
Dengan rasa malas yang seperti menahan badanku agar tetap bertahan dalam posisi tidurku.
Ku kumpulkan segala macam kekuatan untuk melawan setan yg seolah menindih tubuhku sehingga terasa berat untuk bangkit.
selamat pagi dunia, selamat datang hujan,,,huuuft” ku akhiri kalimatku dengan sebuah keluhan.
Ku panaskan air di pemanas air dan segera ku racik kopi hitam kental kesukaanku.
Sambil beranjak ku raih handuk yang ada di kamarku, segera ku buru ke kamar kecil di luar kamarku,,, biasa buang sial dulu. Setelah terasa keluar semua isi makan malamku, ku bersihkan tubuhku dalam guyuran air yang menyegarkan raga.
Selesai mandi ku lihat indikator air panas telah padam menandakan bahwa air telah panas, ku seduh kopi yang telah ku persiapkan tadi. Dengan segelas kopi hitam mantap dan sebatang rokok ku selesaikan rutinitas pagiku. Setelah mempersiapkan segala keperluanku segera ku kunci pintu kamar dan memacu sepeda motorku membelah gerimis yang tak ada tanda akan segera usai.
Sengaja ku ambil jalan pintas agar segera sampai ke kantorku. Sesampainya di kantor segera ku taruh jas hujan yang ku kenakan dan memburu ke kamar kecil, hawa dingin pagi ini membuat kandungan air dalam tubuhku tak bisa dikeluarkan dalam bentuk keringat.
Lega rasanya setelah mengeluarkan hampir sepersepuluh cairan dalam tubuhku. Tanda alam lainnya memanggil ku, cacing di perutku sudah mulai menabuh genderang tanda ingin segera melahap sesuatu, ku lihat jam di tanganku menunjukan pukul 07:40, masih tersisa waktu sepuluh menit lumayan buat sarapan gaya tentara.
Ku telusuri lorong perkantoran itu, tak sampai lima menit sudah sampailah aku pada sebuah rumah makan yang biasa aku menikmati sarapan dan juga makan siang. Ada yang beda di tempat itu, hanya ada seorang siswi mengenakan seragam sekolah lengkap, tak ada pelanggan lainnya. Mungkin karena cuaca sedang hujan makanya pengunjung di rumah makan ini jadi sepi. Setelah ku pesan sarapanku, aku duduk menunggu di meja tepat sebelah anak sekolah tadi. Sebenarnya bukan maksud hati untuk mendekati perempuan itu, tapi memang meja yang pilih berada di pojok jadi lebih nikmat untuk makan. Tak lama berselang hidangan sarapanku pun datang, sepiring nasi goreng dengan telur mata sapi dan beberapa potongan bakso dan sosis terlihat menghiasi piringku, berikut segelas teh manis dengan kepulan asap membuat cacing diperutku semakin berteriak tak karuan. Segera ku lahap hidangan yang ada di depanku, setelah hampir separuh isi piring di depanku sudah berpindah dalam ladang cacing kelaparan di perutku, tanpa sengaja ku lihat neja sebelah, piring perempuan itu masih penuh berisi nasi putih terlihat lauknya pun masih utuh tanda belum terjamah oleh perempuan itu. Ku lahap lagi nasi isi yang tersisa dari piringku.
Setelah ku teguk teh hangatku ku sempatkan diri untuk melihat kearah meja perempuan tadi.
Pemandangannya masih sama dengan saat ku lihat tadi, dia belum makan sedikitpun. Dan ketika kulihat perempuan itu, betapa terkejutnyta diriku.
nangis...ni anak kenapa sih.?” memang tak terlihat dengan jelas air matanya tapi dengan posisi dudukku sekarang aku tau bahwa perempuan itu sedang menangis.
Ku lirik alroji di tranganku, “tinggal lima menit lagi sebelum bel masuk, tapi gak tega juga liat ni anak, se-enggaknya gua harus taulah kenapa dia ampe nangis” bathinku
maka ku beranikan diri untuk duduk satu meja dengan perempuan itu.
kenapa dek.?” aku membuka pertanyaan
gak apa-apa kok om” jawabnya, busyet dah. Emang tampang gua udah kayak om om ya..??
gak apa-apa kok nangis.?” tanyaku lagi
gak kok om, ini tadi kepedesan aja abis sambelnya pedes banget” jawabnya.
Aah..bohong ni anak. Sambelnya pedes, nasinya aja masih belum kesentuh gitu.
gak usah bohong, tapi jika adik keberatan memberitahu alasan adik menitikkan air mata gak apa-apa koq, kalau begitu saya pamit. Ini jika adik ada perlu atau apa adik bisa hubungi saya di nomer ini, niat saya hanya MEMBANTU” ku tekankan kata itu seraya memberi dia selembar kartu namaku.
Ku bayar sarapanku berikut sarapan anak perempuan itu yang aku tak tau siapa namanya.
Ngngngngngngngngngng...bel istirahat berkumandang.
Tapi aku masih enggan untuk keluar dari ruangan ini, maklum cuaca di luar sedang mendung. Maka ku putuskan untuk makan di dalam kantor saja, aku turun ke lantai bawah menujuk meja operator telpon, niatku adalah memesan makanan siap saji. Tapi niatku berubah ketika ku lihat di balik pintu kaca kantorku samar-samar terlihat seorang perempuan berseragam sekolah lengkap berteduh dari hujan yang mulai turun.
hmmmm...anak itu lagi” gumamku
lalu ku hampiri perempuan itu.
udah pulang sekolah dek” tanyaku mengagetkan dia
eeh..si om, saya gak sekolah om” jawabnya lirih
Lho..kenapa gak sekolah..?” tanyaku penasaran
di usir guru, belum bayar sekolah” jawabnya pelan sekali bahkan hampir tak terdengar, jika bukan karena posisiku yang sangat dekat dengannya.
sudah makan.?” aku mencoba mengalihkan topik.
Dia hanya menggeleng.
tunggu bentar ya..” ku ambil ponsel di kantong celanaku, setelah menemukan kontak nomor yang ku cari segera ku tekan tombol penggilan.
tuuuut tuuuut tuuuut” nada kereta api mulai terdengar di telingaku.
Setelah diangkat oleh seseorang yang ada di sebrang sana segeraku bilang “boss..gua abis istirahat langsung ke lapangan aja ya, gua ada urusan di rumah jadi nanti langsung pulang”, setelah terjadi perdebatan sebentar lalu akhirnya boss ku pun mengizinkan ku.
yuuk ikut” kataku pada perempuan yang ada disampingku.
mau kemana om.?” tanyanya sedikit ragu
udah ikut aja, kita makan dulu sambil ngobrol” jawabku memastikan tujuan kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar